Kamis, 18 Maret 2010

Tabloid NOVA, 12 Februari 2010

Roemah 7a Pesona Rumah Jawa Kuno, Tren Lokasi Pre-Wedding
Jumat, 12 Februari 2010
oleh: Sita Dewi
http://tabloidnova.com/Nova/News/Peristiwa/Tren-Lokasi-Foto-Pre-Wedding-1

Biasanya, latar belakang langit biru dengan laut membentang atau panorama sawah yang hijau nan elok kerap menghiasi foto-foto prapernikahan. Kini, banyak bangunan atau rumah-rumah dengan tema unik yang diburu pasangan yang sedang berbahagia untuk jadi saksi kala mengikat janji.

Tak jarang, dua sejoli rela merogoh kocek dalam-dalam untuk terbang ke Yogyakarta atau Bali dalam rangka berburu lokasi untuk membuat foto-foto prapernikahan. Rumah bergaya Jawa seperti Keraton Yogya sering jadi tujuan pasangan yang ingin membuat foto dengan tema etnik Jawa. Tapi, kini tak perlu jauh-jauh ke Yogya, karena banyak rumah-rumah bertema Jawa yang bermunculan di beberapa kota. Salah satunya, Roemah 7a di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Rumah yang berdiri di atas lahan seluas 3.000 meter persegi itu awalnya adalah rumah bergaya modern yang dibangun di tahun 1980-an. Sejak awal, pemiliknya menyewakan rumah tersebut sebagai rumah tinggal. “Penyewa biasanya ekspatriat, makanya dibangun dengan standar barat dan konstruksinya pun sangat kuat,” kata Gandhi Priapratama, pengelola Roemah 7a. Tapi, beberapa tahun belakangan ini, ekspatriat-ekspatriat tersebut beralih ke apartemen sehingga sempat terjadi kekosongan.

Anthon Novianto, sang pemilik, memutuskan untuk mengubah fungsi rumah yang memiliki kolam renang dan halaman yang luas menjadi arena pesta. Pria berdarah Jawa, yang hobi mengumpulkan barang-barang kuno itu, mengubah interior rumah menjadi etnik ala Jawa kuno. Di sudut halaman belakang dibangun pendopo lengkap dengan segala pernik antik. Perajin ukir-ukiran dari Jepara didatangkan langsung untuk menyempurnakan sentuhan Jawa. Bahkan saat ada pesta digelar, perajin yang dibiarkan bekerja di halaman depan ini, menjadi daya tarik tersendiri bagi para tamu.

Gandhi, yang masih saudara sepupu Anton, digandeng untuk mengelola rumah yang kemudian diberi nama Roemah 7a. Rumah itu disewakan untuk resepsi pernikahan dengan kapasitas maksimum 600 orang. Kebanyakan, pengantin yang menggunakan adat Jawa yang ingin pestanya digelar di Roemah 7a, “Banyak juga pengantin yang pasangannya ekspatriat yang menikah di sini, karena mereka suka yang etnik-etnik.”

Sebagai bonus, pengantin yang merayakan pernikahannya di Roemah 7a, diperbolehkan membuat foto prapernikahan di rumah itu juga. Belakangan, banyak pasangan yang tertarik untuk membuat foto prapernikahan di Roemah 7a, meski resepsinya tidak digelar di sana. “Lama kelamaan, desain interior Jawa kuno rumah ini menyebar dari mulut ke mulut, dari tamu yang pernah diundang ke sini. Banyak juga fotografer yang pernah meliput pesta di Roemah 7a merekomendasikan tempat ini ke kliennya,” terang Gandhi. Sejak itu, manajemen Roemah 7a memberlakukan harga khusus untuk pemotretan foto prapernikahan. Hanya dengan Rp 500.000, calon pengantin bisa menggunakan Roemah 7a selama 6 jam.

Sudut-sudut favorit yang biasa digunakan sebagai latar belakang antara lain, pendopo dan halaman belakang yang terdapat pintu kayu besar dengan ukiran khas Jawa Tengah (gebyok). “Di Roemah 7a juga banyak ornamen lainnya yang bisa ‘dimainkan’ seperti, becak, motor dan vespa antik.” Mobil antik Plymouth keluaran tahun 1930-an juga jadi ‘aksesori’ kesukaan. Hanya saja, ada ongkos tambahan jika harus mengeluarkan mobil tersebut dari garasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


ShoutMix chat widget